Minggu, 30 April 2017

Flora dan Fauna Bali


Apakah Flora Khas Bali?

Majegau yang dalam bahasa latin disebut Dysoxylum densiflorum merupakan flora (tumbuhan) identitas Bali. Pohon majegau yang sering disebut juga sebagai cempaga merupakan anggota famili Maleaceae (suku mahoni-mahonian). Tanaman ini memiliki kualitas kayunya yang baik sehingga di Bali banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (terutama bangunan-bangunan suci) dan sebagai bahan kerajinan ukiran.

Majegau dikenal dengan beberapa nama yang berbeda di berberapa daerah di Indonesia seperti kapinango, maranginan, pingku (Sunda), cempaga, cepaga, kraminan (jawa), majegau (Bali), ampeuluh, kheuruh (Madura), Tumbawa rendai, tumbawa rintek (Minahasa). Dalam bahasa ilmiah (latin) tanaman ini disebut sebagai Dysoxylum densiflorum yang bersinonim dengan Dysoxylum elmeri dan Dysoxylum trichostylum. 
Image result for Majegau dan Jalak Bali
Gambar Pohon dan Buah Majagau
Ciri-ciri dan Persebaran. Majegau atau cempaga merupakan pohon berkayu dengan ketinggian mencapai 40 meter dan dengan diameter hingga 1,2 meter. Kayunya berat, keras namun berserat halus dengan warna coklat kuning muda hingga merah muda atau coklat-merah muda, mengkilap. Daun majegau berbentuk lanset lonjong. Buahnya berbentuk bulat telur dengan panjang antara 3-6 cm.
Image result for Majegau dan Jalak Bali
Gambar Bunga Majagau

Pohon majegau yang ditetapkan menjadi flora identitas Bali tersebar mulai dari Laos, China, Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Pohon ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.
Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Itulah alasannya, batang tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan pura, tiang rumah dan sebagai bahan kerajinan ukir-ukiran oleh masyarakat di Bali.
Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir bathin manusia.
Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air, meskipun untuk itu masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
Apakah Fauna Khas Bali?
Burung Jalak Bali  yang nama latinya Leucopsar rothschildi adalah maskot ifdentitas fauna Bali. Jalak Bali merupakan sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm[1], dari suku Sturnidae. Masyarakat Bali menyebutnya burung (kedis) Curik Bali. 
Ciri-ciri khusus Jalak Bali, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Antara Burung jantan dan betina serupa.
Image result for Jalak Bali
Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.
Image result for jalak bali
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.
Image result for jalak bali
Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar